Sunday, December 30, 2012

Bangunkanlah Aku Ketika Desember Berakhir



Desember sudah hampir berakhir, dan aku tak ingin cepat-cepat terbangun dari mimpi ini. Setibaku di tanah air, beberapa minggu lalu, aku dilanda perasaan tak menentu. Belum lagi, Chae Hae Ra harus pergi ke Korea selama 3 bulan ke depan. Disusul Xy, yang membawa kelima anak kami. Ia merantau sejenak ke Paris Van Java. Sementara itu, Wandi dan Bimo kembali ke kampung halamannya, buat persiapan masa depan, setidaknya masa depan untuk sembilan bulan ke depan. Darlene juga ikut-ikut kembali ke kota Paris. Tinggal-lah aku seorang diri di kota ini.
Aku sempat beberapa hari menginap di rumah Kak Intan. Ia dan keluarga besarnya menerimaku seperti keluarga sendiri. Namun, tetap saja, aku dilanda perasaan sepi. Seperti  lagu kosongnya, Dewa 19, seperti itulah perasaanku.


Besok, sampai dengan dua hari ke depan, rekan-rekan kerjaku akan pergi ke BL. Semalam, Chae Hae Ra menelponku berjam-jam untuk menenangkanku. Begitupula Wandi, berkali-kali menelpon untuk mengingatkanku jangan lupa makan. Tak enak rasanya makan hanya seorang diri seperti ini. Seseorang yang berjanji akan menjagaku selama di Jakarta, malah asik bercengkerama dengan teman sepermainannya.
 Aku merindukan saat-saat bersama mereka seperti dulu. Menikmati natal bersama, sembari menceritakan hal-hal konyol yang dilakukan semasa muda. Sayangnya, aku tidak bisa disebut sebagai ayah yang baik. Aku telah menjadi sesuatu yang berbeda sekarang.

Aku harus menjadi wanita kuat. Rasanya, aku tak ingin meninggalkan bulan Desember. Namun, aku harus secepatnya bangkit. Aku harus sudah siap menyusun rencanaku di kehidupan baru. Terlebih, hidup ini indah, bila dilihat dengan cara yang baik. Bila benar begitu adanya, aku harus melihat dengan cara seperti itu. Dengan tetap menjadi orang baik, meski aku telah mengakhiri masa-masa menjadi pria sejati.

*Selesai*


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...