Friday, March 8, 2019

Film Menggugah yang Saya Tonton Dua-Tiga Kali

1. BLUE IS THE WARMEST COLOR
Film berbahasa Perancis ini dirilis 9 Oktober 2013. Namun, saya baru menontonnya pertengahan tahun lalu (2018). Terkait sinopsis, saya tidak perlu bercerita banyak. Berlimpah ulasan mengenai film yang memenangkan palme d'or festival cannes 2013 ini. Saya hanya akan menceritakan kesan yang tertinggal, setelah menonton la vie d'adele (judul asli dari Blue Is The Warmest Color)

Tentu saja film ini mengundang decak kagum dan juga kontroversial ketika itu. Akting Adele Exarchopoulus dan Lea Seydoux begitu menawan. Tertata rapi sejak awal sampai akhir. Oleh karena itu, keduanya diganjar sebagai penerima pemain terbaik. Tapi sayangnya, setelah film yang membuncah ini, akting Adele seolah redup. Sementara Lea Seadoux memang masih menerima tawaran film setiap tahunnya. Bagi saya pribadi, kesuksesan film-film Lea belum bisa menyamai prestasinya di film Blue Is The Warmest Color.
Alasan menonton film ini dua-tiga kali :
karena salah satu film terbaik yang harus ditonton. Sungguh mengasyikkan menonton film yang di mana pemainnya mencari dan kerap mencari jati diri. Layaknya puisi, film ini juga penuh dengan multitafsir. Masalah adegan ranjang, bila itu dihapuskan atau disensor tidak mengurangi isi cerita. Briliant.


2. THE FAULT IN OUR STARS


Film yang diperankan oleh Shailene Woodley dan Ansel Elgort praktis menyedot perhatian. Diangkat dari sebuah novel populer karya John Green. Film ini dirilis sekitar tahun 2014. Setelah Divergent, The Fault In Our Stars semakin melambungkan nama Shailene Woodley sebagai aktris berbakat dan terbaik. 

Alasan menonton film ini dua-tiga kali :
karena ditengah kondisi mereka yang begitu, masih positif, memiliki keinginan tinggi dan semangat menjalani hidup. 


3. OKJA
Salah satu film Korea yang mendunia, kendati menemui kontroversi. Film lucu nan menggemaskan ini menceritakan tentang Mija yang melakukan petualangannya di Seoul dan New York demi menyelamatkan Okja. Dibintangi oleh aktris-aktris ternama Hollywood juga Korea. Okja rilis pada tanggal 19 Mei 2017 dan tayang di Netflix.

Alasan menonton film ini dua-tiga kali :
Menghibur, menarik dan lucu kendati ada sedih-sedihnya. Patut ditonton!



4. THE BLIND SIDE

Film ini diangkat dari kisah nyata Leigh Anne Tuohy (baca : seorang interior design). Dibintangi oleh Sandra Bullock, Tim McGraw dan Quinton Aaron. Film ini tentu saja bukan tentang perjalanan lika-liku Leigh Anne Tuohy, tapi perihal lain. Bisa membaca plot ceritanya di sini. Film ini membuat Sandra Bullock memenangkan Academy Awards untuk Aktris Terbaik. Sangat pantas Sandra Bullock menerima penghargaan tersebut. 
Film yang benar-benar wajib ditonton untuk siapa pun juga. 

Alasan menonton dua-tiga kali :
Selain Sandra Bullock satu dari aktris favorit, film ini menggugah hati dan menyentuh. Tidak akan bosan-bosannya ditonton oleh saya, tentu saja. 




5. LETTERS TO JULIET

Film drama komedi romantis ini pun saya tonton dua-tiga kali. Dirilis 14 Mei 2010 dan dibintangi oleh Amanda Seyfried. Ibaratnya cemilan enak yang bisa disantap kapanpun. Saya menonton empat tahun setelah dirilis. Telat banget (dot) com. Sehabis menulis postingan ini, saya berencana menonton film Letters to Juliet kembali. Alasannya? Tidak ada alasan khusus untuk itu. Film ini menyenangkan ditonton malam hari.

6.  THE KING'S SPEECH

Saya menonton film ini lantaran sebagai aktivitas kursus bahasa Inggris yang saya ikuti dulu. Setiap adegan / lokasi film ini serasa seperti menikmati lukisan. Oleh karenanya film ini diganjar sebagai film terbaik Academy Awards. Meraih 4 penghargaan dan meraih 12 nominasi dalam piala Oscar. Film ini dibintangi aktor berbakat Inggris, Colin Firth. Film ini juga diangkat dari kisah nyata dan pada akhirnya, saya menyukai film-film yang diangkat dari kisah nyata.

Alasan menonton dua-kali :
karena FILM BAGUS dan... sudah pasti menggugah hati.

7. GREEN BOOK

Film yang baru saja meraih film terbaik piala Oscar (Academy Awards 2019) ini tentu saja sudah saya tonton sebanyak tiga kali. Berangkat dari sini, saya menyukai Mahershala Ali yang diganjar sebagai pemain pendukung terbaik berkat akting memukaunya di film ini. Tentu saja, Green Book diangkat dari kisah nyata seorang pianis kulit hitam legendaris yang mengalami diskriminasi oleh karena warna kulitnya. Di Amerika ketika itu memang begitu adanya. Bahkan sampai sekarang masih ada stereotip mengenai ini, kendati sudah dihapuskan ketidakadilan itu. Tapi tetap tidak bisa menghapus sejarah bahwa dahulu kala Amerika juga mementingkan golongan. Khususnya, golongan berkulit putih. Padahal manusia jelas diciptakan berbeda-beda dan untuk itu manusia perlu respek dengan apapun yang berbeda darinya. Orang-orang yang mungkin tergabung dalam komunitas supremasi kulit putih, bisa terbuka pikirannya ketika menonton film ini. Apa perlu di jaman yang sebegini modern, kembali memiliki pemikiran jadul alias terbelakang? Bukankah berbeda itu indah?
Lihatlah mereka. Terlebih dulu, lihat film Green Book ini.



@thea.senorita
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...