Tuesday, June 12, 2018

Nostalgia Bareng Telenovela Esperanza (Nunca Te Olvidare)

sumber foto : www.pinterest.com




Apa yang sepatutnya dilakukan seseorang guna merawat kenangan?
Bersyukurlah kita (saya dan teman-teman sebaya bahkan yang usianya di atas saya-red) sempat merasakan puncak kejayaan dari sebuah tayangan, dari negeri nan jauh di sana. Serial telenovela Amerika Latin. 

Bagi saya pribadi, merawat kenangan itu dengan menuliskan memori-memori seperti ini. Barangkali sembari mendengarkan musik original soundtrack juga tak kalah mengasyikkan. 

Telenovela Nunca te olvidaré rilis di negara Mexico, pada tanggal 18 Januari sampai dengan 28 Mei 1999. Diangkat dari sebuah novel karya Caridad Bravo Adams. Tayang setiap hari senin-jumat jam delapan malam. Di Indonesia sendiri tayang, sekitar pukul sepuluh pagi (baca : itupun kalau saya tidak salah ingat-red).


Sekedar informasi, pada tahun 1999, yakni tahun di mana saya baru saja lulus SD. Ketika itu saya sudah dicekokin tontonan drama telenovela. Telenovela yang dalam bahasa Indonesia berarti 'Tidak Akan Pernah Melupakanmu" yang di mana melambungkan nama Enrique Iglesias ke kancah dunia internasional dan ketika itu,  Enrique belum menghilangkan tahi lalatnya. Di Indonesia, telenovela ini berjudul Esperanza dengan jumlah episode sebanyak 94. Tahu sendiri bagaimana rumitnya kisah telenovela itu. Sejatinya memang sengaja dibikin ribet dan super panjang. Malahan, sampai berjumlah lebih dari seratus enam puluh episode. Anehnya, saya menikmatinya.



Berikut pemeran utama telenovela Esperanza. 

Edith Gonzalez (lahir pada 10 Desember 1964) sebagai Esperanza Gamboa Martel/Isabel Clara Martel
Fernando Colunga (Lahir pada 3 Maret 1966) sebagai Luis Gustavo Uribe Del Valle.



Menceritakan tentang sebuah cinta lama yang bersemi kembali. Mereka masih saling cinta dan dipisahkan oleh Ibunya (Luis Gustavo) yang kadung tidak suka dengan Esperanza. Dengan alasan, Ibunda Luis teringat masa lalu. Mengingatkan dirinya pada Isabel, yakni Mamanya Esperanza, yang tak lain adalah mendiang kekasih Ayahanda Luis Gustavo. Drama sekali, bukan? 

Meskipun waktu itu, saya nggak tahu ceritanya seperti apa. Maklum, ketika itu saya masih berumur sekitar 11 tahun. Jadi masih samar-samar dan tidak begitu soal cinta-cintaan. Saya selalu ingat, menonton Esperanza bersama Emak. Tentu saja, itu nostalgia yang tak terlupakan. Berangkat dari sini, saya langsung jatuh cinta kepada bahasa Spanyol.


Akhir kata, sesuai dengan judul asli dari telenovela ini. Tidak akan pernah melupakanmu, duhai masa kecilku nan manis.  


Abra y Besos (peluk dan cium)
Senorita Septy 


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...